Home » , » Teori sebagai Hukum dan Rumus untuk Pengukuran

Teori sebagai Hukum dan Rumus untuk Pengukuran

Hukum digunakan dalam sains untuk menggambarkan kejadian atau fenomena di alam semesta ini yang sudah dianggap pasti. Salah satu contoh hukum yang popular di sains dan fisika adalah Hukum Pergerakan Planet karya Kepler yang menggambarkan  secara  pasti  bagaimana  pola  pergerakan  benda-benda  di  alam semesta. Namun hukum seringkali tidak memberikan penjelasan lebih jauh, misalnya mengapa mereka planet bergerak seperti itu. Maka seringkali hukum dalam sains harus  dikembangkan  lebih  lanjut  menjadi  teori;  atau  dengan  kata  lain,  hukum seringkali adalah bagian dari sebuah teori.  Ini tidak berarti bahwa hukum tak lebih berguna dari teori, sebab seringkali hukum berbentuk formula atau rumus yang memudahkan sebuah penelitian ilmiah. Selain itu, sebagaimana dikatakan Naggel (1979), hukum yang digunakan dalam eksperimen  (experimental laws) seringkali adalah tentang hal-hal yang mudah dilihat (observable), misalnya hukum tentang perilaku   gas   (gas   laws)   yang   mengaitkan   tekanan,   temperatur,   dan   volume, merupakan hukum tentang sesuatu yang dapat diamati pancaindera. Itu sebabnya hukum amat sering digunakan dalam penelitian tentang hal-hal yang dianggap terlihat dan terukur.

Foto: Ilustrasi
Dalam IP&I, penggunaan hukum banyak dilakukan untuk kajian bibliometrika. Ada tiga hukum yang kemudian juga dikenal sebagai rumus utama dalam bibliometrika yaitu  hukum  Lotka  tentang  produktivitas  sebuah  bidang  ilmu  (Lotka’s  Law  of Scientific Productivity), hukum ketersebaran dari Bradford (Bradford’s Law of Scattering), dan hukum kemunculan kata dari Zipf (Zipf’s Law of Word Occurrence). Perlu diketahui, bibliometrika berkembang dari ketertarikan ilmuwan pada awal abad
20  tentang  dinamika  ilmu  pengetahuan  sebagaimana  tercermin  dalam  produksi literatur ilmiahnya. Produk literatur ini tentunya adalah sesuatu yang terlihat dan terukur.  Itu sebabnya bibliometrika menggunakan statistik dan pada awalnya disebut

“statistical bibilography”. Sebagaimana diuraikan Hertzel (2003), sejarah bibliometrika   kemudian   memperlihatkan   perubahan   ketertarikan   menggunakan statistik untuk mengkaji perkembang literatur ilmiah ini dari “statistical bibliography” menjadi “bibliometrics”. Ia membuat tabel kronologi sebagai berikut:

Tabel Kronologi awal “statistical bibliography” sampai “bibliometrics”

Tahun
Pengarang dan judul
Terbitan
1917
Cole, F.J dan Eales, N.B. The history of comparative anatomy. Part 1. A statistical
analysis of literature.
Science Progress, vol. 11, April 1917, hal. 578 596
1922
Hulme, E. W. Statistical Bibliography in Relation to the Growth of Modern Civilization.
London : Butler and Tanner
Grafton, 1923
1938
Henkle, H.H. The periodical literature of biochemistry
Bulletin of the Medical Library
Association, vol. 27, 1938, hal. 139 147
1943
Gosnell, C.F. The Rate Of Obsolescence In
College Library Book Collections As Determined By An Analysis Of Three Select Lists Of Books For College Libraries
Disertasi, New York
University, 1943
1944
Gosnell, C.F. Obsolence of books in college libraries”
College and Research Libraries, vol. 5, March 1944, hal. 115 - 125
1948
Fussler, H.H. Characteristics Of The Research
Literature Used By Chemists And Physicists In
The United States
Disertasi, University of
Chicago.
1949
Fussler, H.H. characteristics of the research literature used by chemists and physicists in the
United States”
Library Quarterly, vol. 19,
1949, hal. 19 - 35
1962
Raisig, L.M. “Statistical bibliography in the health sciences
Bulletin of the Medical Library
Association, vol. 50 July 1962, hal. 450 - 461
1966
Barker, D. L. Characteristics of the Scientific
Literature Cited by Chemists of the Soviet Union
Disertasi, University of
Illinois.
1968
Pritchard, A. Computers, Statistical
Bibliography and Abstracting Services”
Tidak diterbitkan.
1969
Pritchard, A. Statistical Bibliography: an Interim
Bibliography
North-Western Polytechnic
School of Librarianship, May
1969
1969
Pritchard, A. “Statistical bibliography of bibliometrics”
Journal of Documentation, vol
25 Desember 1969, hal. 348
349
1969
Fairthrone, R.A. Empirical hyperbolic distribution for bibliometric description
Journal of Documentation, vol
25 Desember 1969, hal. 319
343
1970
Pritchard, A. Computers, bibliometrics and abstracting services”
Research in Librarianship, September 1970, hal. 94
99.

Jika masa perkembangan di tabel di atas kita bagi dua,  yaitu masa sebelum dan sesudah Perang Dunia II, maka jelas terlihat bahwa masa sebelum perang adalah masa kelahiran kajian tentang komunikasi ilmiah, sedangkan masa setelah perang adalah masa konsolidasinya.   Istilah bibliometrika sendiri baru mengkristal dan menjadi populer setelah tahun 1970-an. Orang yang dianggap pertamakali mengusulkan penggunaan  kata  bibliometrika  ini  adalah  Pritchard  yang  berargumentasi  bahwa
istilah bibliometrika selaras dengan beberapa kajian matematik lainnya seperti ekonometrik dan biometrik3.

Sejak awal 1980an bibliometrika berkembang menjadi sebuah disiplin khas dalam IP&I yang mempelajari hal-hal yang terlihat dan terukur. Jurnal internasional Scientometrics yang mengkhususkan diri pada bidang ini terbit tahun 1979, dan konperensi internasional khusus tentang bibliometrika dimulai tahun 1983. Istilah librametry sempat muncul di tahun 1948, diusulkan oleh Ranganathan. Istilah ini kemudian  berkembang  menjadi  kajian  statistik  tentang  sirkulasi,  koleksi perpustakaan, efisiensi akuisisi, kebijakan pendendaan, pengerakan (shelf allocation), dan sebagainya, sehingga sering memakai operation research. Sementara istilah scientometrics   datang   dari   Rusia,   diusulkan   tahun   1969   oleh   Nalimov   dan Mul’chenko.     Kalau  bibliometrika  lebih  ke  ke  literatur  per  se,  scientometrics mengukur hal lain, seperti praktik penelitian, struktur organisasi, manajemen, peran dalam ekonomi, dan sebagainya. Lalu ada kajian tentang komunikasi ilmuwan (scholarly communication studies) sebagai kajian umum tentang ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan bibliometrika karena juga tertarik pada karya tulis para ilmuwan. Ini agak berbeda dari informetrics yang datang dari tradisi Jerman- informetrie, pertama diusulkan oleh Nacke tahun 1979. Dalam tradisi Jerman, informetrik adalah bagian dari ilmu informasi yang mengkhusukan diri pada pengukuran fenomena informasi menggunakan metode matematik terutama untuk masalah-masalah temu-kembali informasi. Di Indonesia, kajian-kajian bibliometrika dimotori oleh Profesor Sulistyo-Basuki, khususnya ketika Universitas Indonesia membuka program studi S2 bidang IP&I di awal 1990an.

Kajian-kajian  di  atas  mengandalkan  statistik  dan  memberlakukan  hukum  sebagai rumus atau aksioma untuk pengukuran.  Ini menjadi bukti kuatnya pengaruh sains dalam perkembangan awal IP&I. Orientasi ke sains ini sejalan dengan upaya awal pendirian sekolah yang mendidik kaum profesional di bidang perpustakaan. Pertimbangannya adalah bahwa seorang yang profesional akan bekerja secara ilmiah, terencana, efisien dan efektif. Prinsip ini antara lain terwujud dalam bentuk the Graduate  Library  School,  di  Universitas  Chicago  yang  berdiri  atas  dukungan Carnagie Corporation tahun 1926. Sekolah inilah yang menawarkan program doktor untuk pertamakalinya di dunia di bidang perpustakaan. Perkembangan orientasi sekolah ini kemudian dipengaruhi oleh tulisan Pierce Butler, An Introductory to Library Science yang terbit tahun 1933. Buku ini menyatakan bahwa perpustakaan merupakan aktivitas institusi sosial yang rumit. Untuk mempelajari hal ini, maka ilmu perpustakaan harus diisi dan dilengkapi dengan metode statistik, psikologi membaca,sejarah buku, sejarah perpustakaan sebagai institusi, sejarah pengetahuan, dan sejarah bibliografi. Sejak itulah penelitian IP&I rajin menggunakan hukum dan rumus.

Dalam sebuah ulasan tentang perkembangan IP&I, Trosow (2001) melihat perkembangan awal ini sebagai sebuah kecenderungan ke arah positivisme. Ini merupakan pengaruh dari upaya mengilmiahkan kegiatan kepustakawanan di abad XX berdasarkan metode ilmu sosial yang waktu itu didominasi positivisme. Dari persentuhan awal dengan sosiologi positivis inilah datang pandangan-pandangan bahwa ilmu perpustakaan adalah juga ilmu pasti-alam, dan bahwa perpustakaan merupakan sebuah institusi yang diatur oleh hukum-hukum universal. Selain itu, penggunaan metode ilmiah ini juga dipercaya dapat membantu efisiensi penyelenggaraan perpustakaan. Dari sinilah berkembang     kajian-kajian terhadap perpustakaan yang menggunakan hukum, aksioma, standar, dan indikator kinerja (performance indicators) untuk menjadikan kepustakawanan sebagai sebuah aktivitas yang terukur.

Penggunaan hukum dan rumus untuk pengukuran dalam IP&I sudah sejak 1980an diarahkan pula secara spesifik ke salah satu aspek dari kinerja, yaitu kepuasan pengguna (user satisfaction). Dalam sebuah ulasan, D’Elia dan Walsh (1983) menjelaskan bahwa ada dua pendekatan utama dalam pengukuran ini, yang mereka beri nama pendekatan objektif dan subjektif. Dalam pendekatan objektif, unit analisisnya adalah perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan dalam pendekatan subjektif, unit analisisnya adalah pengguna perpustakaan. Baik pendekatan objektif maupun subjektif ini tetap menjadikan ukuran kepuasan sebagai indikator kinerja. Penelitian yang menggunakan pengukuran kepuasan ini amat dipengaruhi teori-teori manajemen dan kinerja organisasi di masyarakat. Di kalangan pustakawan Amerika Serikat, penggunaan pengukuran berbasis teori organisasi dan manajemen ini antara lain  dipromosikan  oleh  Ernest  R.  DeProspo  yang  amat  dipengaruhi  ilmuwan kuantitatif Abraham Kaplan (lihat Curran dan Summers, 1990). Selain itu, pertimbangan-pertimbangan ekonomi, khususnya untuk menjustifikasi pembiayaan perpustakaan  umum,   menjadi  salah  satu   pendorong  penggunaan  rumus-rumus ekonomi pada tahun 1980an (lihat Bookstein, 1981).

Perkembangan  di  ataslah  yang  mendorong  popularitas  penggunaan  alat-alat  ukur untuk kinerja dalam penelitian IP&I, termasuk penggunaan alat-alat ukur yang sering dipakai dalam dunia bisnis, seperti pengukuran berdasarkan standar ISO, penggunaan prinsip TQM (total quality management), pengukuran kualitas jasa (service quality), dan sebagainya. Ini sejalan dengan semakin banyaknya ilmuwan IP&I yang menggunakan metode-metode kuantitatif yang terus menjadi popular sampai awal 1990an4. Kajian oleh Reisman dan Xiaomei (1994), misalnya, melacak penggunaan operation researchs selama 25 tahun (akhir 1960an sampai awal 1990an) di bidang IP&I dan mereka menganjurkan peningkatan penggunaannya untuk   menjamin cost effectiveness dari sistem perpustakaan. Ulasan yang komprehensif tentang pengukuran kinerja  perpustakaan  (measuring  library  performance)  dibahas  antara  lain  oleh Brophy (2006). Khusus untuk kinerja perpustakaan umum, dibahas antara lain oleh Matthews (2003).
« Prev Post Next Post » Beranda

Tokoh Penemu Terpilih

Artikel Menarik !

 
"Indahnya Berbagi Walau Hanya Selembar Kertas Bekas"
hibahkan Skripsi, Tesis, Jurnal, Buku, untuk disalurkan ke yang membutuhkan melalui website kami. dengan cara mengrimkan softcopy ke email: bukukerjakita@gmail.com

COPYRIGHT © 2014. ALL RIGHTS RESERVED
[Valid Atom 1.0]