Seiring dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
atau kurikulum 2006 sebagai penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) atau kurikulum 2004 maka diharapkan mampu mendorong perubahan
sistem pendidikan. Salah satu upaya untuk mendorong perubahan sistem
pendidikan adalah mengkondisikan kegiatan belajar yang menciptakan peserta
didik tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungan sekitar dan
perkembangan IPTEK. Dengan demikian, upaya tersebut dapat menempa manusia
Indonesia mampu menghadapi tantangan di bidang sosial, politik, dan ekonomi
secara simultan. Hal yang perlu ditekankan adalah pada pengembangan
pendidikan, salah satunya adalah pengembangan materi mulai dari pendidikan
tingkat dasar sampai tingkat menengah (Badan Nasional Standar Pendidikan,
2006:3).
Setelah KTSP mulai dilaksanakan, sekolah dan guru diberi wewenang untuk
merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum tersebut
sesuai situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang dapat dimunculkan di
sekolah.
Menurut Suratsih (2006:3) potensi lokal yang dimiliki sekolah pada
hakekatnya belum dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran
biologi, sedang pemanfaatan potensi sekolah merupakan salah satu karakteristik
KTSP atau Kurikulum 2006. Pada kenyataannya, guru-guru biologi masih banyak
menggunakan sumber belajar maupun LKS yang tersedia di pasaran yang tidak
cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa, sehingga
masih harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Bahkan hampir di semua
sekolah di Kabupaten Sleman termasuk diantaranya SMAN 2 Sleman dan MAN
Pakem Sleman tidak tersedia / tidak ada modul pembelajaran biologi berbasis
potensi lokal, modul yang tersedia umumnya berisi materi umum yang sebenarnya
telah banyak dikembangkan dalam buku-buku pelajaran.
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang menyediakan hampir semua
yang dibutuhkan oleh peserta didik diantaranya tujuan pembelajaran, panduan
penggunaan, uraian materi, intisari, evaluasi, dan umpan balik serta tindak lanjut.
Dengan kelengkapan yang disajikan tersebut peserta didik diharapkan dapat
memahami materi pembelajaran dengan lebih optimal (Dewi, 2006:5).
Modul berbasis potensi lokal merupakan modul yang memuat keayaan alam
yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Menurut Sri Mulyani (2008:7),
pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekiar (JAS) adalah salah satu inovasi
pendekatan pembelajaran biologi maupun kajian ilmu lain yang bercirikan
memanfaatkan lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai sumber belajar melalui
kerja ilmiah, serta diikuti pelaksanaan belajar yang berpusat pada peserta didik.
Dengan demikian, pendekatan JAS merupakan pendekatan pembelajaran yang
tepat digunakan untuk menggali dan memanfaatkan potensi lokal. Di sisi lain
dengan pendekatan pembelajaran JAS tampak secara eksplisit bahwa tanggung
jawab belajar berada pada peserta didik sehingga peserta didik diharapkan
memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, untuk dapat menciptakan peserta didik tumbuh dengan rasa
ingin tahu yang tinggi terhadap alam sekitar dan perkembangan IPTEK sekaligus
mengangkat potensi lokal, maka dikembangkan modul biologi dengan pendekatan
JAS. Pendekatan JAS adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan fisik, sosial, teknologi, dan budaya sehingga objek belajar biologi dan
fenomenanya dapat dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti, 2006:4).
Modul biologi dengan pendekatan JAS yang akan dikembangkan tersebut
memuat materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Materi ini diberikan
kepada siswa kelas XI semester 1. Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
penting untuk dikuasai karena merupakan dasar dari penerapan pemanfaatan
tumbuhan bagi kehidupan manusia. Materi tersebut merupakan salah satu materi
yang memiliki objek pembelajaran berupa tumbuhan, sehingga materi tersebut
dipilih sebagai materi yang akan dimuat dalam modul pembelajaran yang
dikembangkan dengan pendekatan JAS. Hal tersebut berkaitan dengan upaya
pemanfaatan potensi lokal berupa tumbuh-tumbuhan di lingkungan sekitar peserta
didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru biologi di SMAN 2
Sleman dan MAN Pakem, pembelajaran materi struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan selama ini tidak banyak mengeksplorasi tumbuhan-tumbuhan di
lingkungan sekitar peserta didik sehingga objek belajar di lingkungan sekitar
kurang tersentuh.
Dengan melihat latar belakang di atas, maka penelitian ini berupaya
mengembangkan modul biologi dengan pendekatan JAS agar objek belajar di
lingkungan sekitar peserta didik dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan
objek belajar di lingkungan sekitar secara optimal diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan.