Seiring waktu yang terus bergulir, perkembangan Kota Brebes terus semakin
maju dan berkembang. Perkembangan kota tersebut tentu akan membawa dampak terhadap
peningkatan jumlah penduduk yang pada akhirnya akan menambah timbulan limbah padat
perkotaan (sampah). Sementara itu pengelolaan sampah di Kota Brebes masih mempunyai
banyak kendala, seperti belum optimalnya pengelolaan sampah, baik ditinjau dari
pelayanan, biaya operasional dan pemeliharaan, kelembagaan, peraturan maupun peran
serta masyarakat dalam pengelolaannya. Pembiayaan pengelolaan sampah saat ini hanya
didapat dari pendapatan yang diterima dari retribusi pelayanan pengelolaan sampah,
padahal masih banyak kemungkinan pembiayaan dapat diperoleh dari pengelolaan sampah
tersebut apabila dapat dikelola secara terpadu. Saat ini DPU baru melayani sekitar 78 %
area di Kota Brebes, selebihnya sampah masih dikelola secara individu atau kelompok
yang ada di perkampungan atau perumahan.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap pengelolaan
persampahan di Kota Brebes dan upaya dalam peningkatan pelayanan pengelolaan
persampahan melalui peningkatan kemampuan pembiayaan.
Metodologi penelitian
menggunakan pendekatan deskriptif normatif dan deskriptif komparatif. Teknik sampling
yang dipakai menggunakan Metode Stratified Random Sampling yang membagi populasi
menjadi kelompok-kelompok yang homogen berdasarkan sumber penghasil sampah
dengan jumlah sampel 96 responden.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pelayanan pengelolaan sampah masih
perlu peningkatan, dengan masih kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah
serta peran serta masyarakat sangat dibutuhkan sekali untuk menunjang kegiatan
pengelolaan sampah. Masyarakat bukan hanya berpartisipasi hanya sebatas dalam
penyediaan pewadahannya saja, sedangkan pengumpulan sampah dari sumber ke TPA
masih menjadi tanggung jawab pemda. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah
yang telah ditetapkan untuk pengelolaan sampah perkotaan. Dengan membuat klasifikasi
baru sistem penentuan tarif retribusi berdasarkan prinsip proporsional dan subsidi silang
serta memperhatikan willingness to pay masyarakat akan meningkatkan pendapatan dari
pengelolaan sampah, yang akan menyeimbangkan biaya dalam penyediaan pelayanan
persampahan.
Belum efektif dan efisiennya pengelolaan sampah, sehingga memerlukan
biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi. Sistem pengelolaan sampah konvensional
tidak mampu mengatasi permasalahan dalam proses operasional pengelolaan sampah saat
sekarang ini. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sistem yang lebih modern, dapat diandalkan
dan efisien serta teknologi ramah lingkungan.
Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah
dengan cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain
membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru dan secara ekonomi akan
mengurangi biaya penanganan sampah. Dari segi kebutuhan tenaga dan peralatan
pengumpulan dan pengangkutan jelas akan menjadi lebih sedikit sehingga pemerintah
daerah akan dapat meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah serta mendapatkan
revenue dari hasil pengelolaan sampah diluar retribusi, yang diharapkan dapat menuju ke
“self finance”.