Home » , » Hikayat - Abu Nawas Menolak Jadi Penasihat Kerajaan

Hikayat - Abu Nawas Menolak Jadi Penasihat Kerajaan

Ketika ayah Abu Nawas yang bernama Maulana meninggal dunia, Raja Harun Al Rasyid memerintahkan Abu Nawas datang ke istana untuk mengurus jenazah ayahnya. Ayah Abu Nawas adalah seorang penasihat kerajaan yang juga bertugas memutuskan suatu perkara seperti hakim.

Abu Nawas mendengar niat raja untuk menjadikannya penasihat menggantikan sang ayah. Mendengar rencana itu, tiba-tiba Abu Nawas bertingkah menjadi konyol. Setelah pemakaman ayahnya, Abu Nawas mengambil batang pohon pisang dan menungganginya seperti seekor kuda. Dia menunggangi batang pohon pisang itu sampai ke rumahnya. Orang-orang yang melihat merasa heran.

Suatu hari, Raja mengadakan rapat dengan para menteri. Raja bertanya bagaimana jika Abu Nawas diangkat menjadi penasihat kerajaan. Beberapa menteri tidak menyetujui keputusan itu karena tingkah konyol Abu Nawas bertambah parah dari hari ke hari. Mendengar perkataan dari para menterinya, Raja Harun Al Rasyid memutuskan untuk menunggu hingga 21 hari. Jika dalam waktu itu dia belum berubah, maka Raja akan mengangkat orang lain.

Sebulan pun berlalu, tetapi tingkah konyol Abu Nawas belum juga hilang bahkan telah dianggap gila oleh orang-orang. Akhirnya Raja memilih orang lain untuk diangkat menjadi penasihat. Orang terpilih itu bernama Fulan. Dia memang telah menginginkan jabatan itu sejak lama dan memengaruhi orang-orang di istana untuk mengangkatnya sebagai penasihat. 

Ketika mendengar keputusan Raja yang mengangkat Fulan sebagai penasihat, Abu Nawas merasa lega sekaligus kecewa dengan keputusan Raja. Abu Nawas lega karena terbebas dari perintah Raja untuk menjadi penasihat. Dia tidak ingin menjadi penasihat kerajaan karena mendengar kisah dari ayahnya. 

Suatu hari sebelum meninggal, ayah Abu Nawas memanggilnya. 

Ayahnya berkata, "Wahai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku."

Abu Nawas menuruti permintaan ayahnya. Kemudian ayahnya bertanya,

"Bagaimana anakku, sudah cium?"

Kemudian Abu Nawas mengatakan bahwa telinga kanan ayahnya berbau wangi sedangkan telinga kirinya berbau busuk. Dia tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi.

Sang ayah berkata, "Pada suatu hari datanglah dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengar keluhannya. Yang seorang lagi tidak aku dengar keluhannya, karena aku tidak suka kepadanya. Inilah sulitnya menjadi penasihat. Jika kelak kamu menjadi penasihat maka kamu akan mengalami hal yang sama, tapi jika tidak suka menjadi penasehat maka buatlah alasan yang masuk akal agar kamu tidak dipilih Raja Harun Al Rasyid."

Sumber buku: Dongeng 1001 Malam Abu Nawas, Ali Baba, Aladin, Sinbad
« Prev Post Next Post » Beranda

Tokoh Penemu Terpilih

Artikel Menarik !

 
"Indahnya Berbagi Walau Hanya Selembar Kertas Bekas"
hibahkan Skripsi, Tesis, Jurnal, Buku, untuk disalurkan ke yang membutuhkan melalui website kami. dengan cara mengrimkan softcopy ke email: bukukerjakita@gmail.com

COPYRIGHT © 2014. ALL RIGHTS RESERVED
[Valid Atom 1.0]