Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada perusahaan garmen di Kota Denpasar, maka ada berbagai variabel
yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, baik variabel internal maupun variabel eksternal. Berdasarkan analisis
model persamaan struktural dengan menggunakan SPSS ver. 10. dan AMOS ver. 4.1, di dapat kesimpulan, yakni: (1)
Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Disiplin Tenaga Kerja pada perusahaan garmen. (2)
Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada perusahaan garmen. (3)
Kebijakan Ketenagakerjan Pemerintah Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Disiplin Tenaga Kerja pada
perusahaan garmen. (4) Kebijakan Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja pada perusahaan garmen. (5) Disiplin Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja pada perusahaan garmen. (6) Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja perusahaan garmen, dapat
dilakukan melalui peningkatan Disiplin Tenaga Kerja dan adanya Kebijakan Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah yang
kondusif serta pemantapan pelaksanaan Kepemimpinan Perusahaan Garmen. (7) Dari keenam kesimpulan tersebut dapat
disusun kesimpulan umum bahwa: peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja, dapat dilakukan melalui peningkatan Disiplin
Tenaga Kerja serta Peningkatan Disiplin Tenaga Kerja dapat dilakukan melalui pelaksanaan Kebijakan Ketenagakerjaan
Pemerintah Daerah, dan memantapkan Kepemimpinan (transformational leadership). Untuk itu disarankan: (1) Disiplin
Tenaga Kerja harus ditingkatkan melalui penciptaan kebijakan ketenagakerjaan yang kondusif serta adanya kepemimpinan
transformasional. (2) Masing – masing perusahaan garmen harus menciptakan dan membangun disiplin kerja yang kuat. (3)
Untuk setiap pimpinan perusahaan dan seluruh tenaga kerja hendaknya diberikan sosialisasi tentang Kebijakan
Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah, sehingga manajemen perusahaan dapat melaksanakan fungsi manajemen dengan baik
dan harus menerapkan prinsip tranparansi. (4) Untuk para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melaksanakan penelitian
lebih rinci tentang produktivitas tenaga kerja dengan menambah variabel serta indikator yang diperlukan.
Perekonomian global berkaitan secara langsung
dengan perekonomian Indonesia, oleh karena perekoomian
Indonesia adalah perekonomian terbuka
dimana transaksi ekspor - impor memainkan peran
penting dalam memacu perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan perekonomian
Bali mengalami penurunan setelah adanya krisis
ekonomi pada tahun 1997 – 1998. Terlebih lagi
perekonomian Bali mengalami hambatan yang cukup
berarti sejak Bom Bali pada tahun 2002 dan pada
tahun 2005.
Secara makro, terpinggirnya sektor ketenagaerjaan
tampak dari minimnya alokasi anggaran yang
disediakan oleh pemerintah. Sektor ketenagakerjaan
seringkali kurang mendapatkan prioritas dalam proses
politik menyangkut kebijakan anggaran pemerintah.
Selama ini pemerintah memandang sektor tenaga
kerja hanya dari sisi atau perannya dalam menciptaan
output/produk tanpa memperhatikan kualitasnya.
Salah kaprah inilah yang kemudian menyebabkan
mutu tenaga kerja menjadi buruk”.
Terbatasnya penyerapan tanaga kerja di Provinsi
Bali disebabkan oleh terpuruknya pariwisata yang
berdampak pada semakin banyaknya perusahaan
yang bergerak dalam pariwisata, melakukan pemuusan
hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan
semakin banyaknya pengangguran di Provinsi Bali.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja
(penyerapan tenaga kerja) di Provinsi Bali pada tahun
1991–2005 secara keseluruhan berfluktuasi Berdasaran
data dapat dinyatakan bahwa jumlah penduduk
bekerja tertinggi, terjadi pada tahun 2005 yakni
sebesar 1.895.741 orang, sedangkan jumlah penuduk
bekerja terendah, terjadi pada tahun 1991 yakni
sebesar 1.441.985 orang. Sedangkan jika dilihat dari
persentase pertumbuhan, rata-rata pertumbuhan jumah
penduduk yang bekerja tahun 1991–2005 adalah
sebesar 1,92 persen tiap tahunnya. Persentase perumbuhan
yang tertinggi, terjadi pada tahun 2002
sebesar 8,30 persen, sedangkan persentase terendah
terjadi pada tahun 2001, yakni mencapai minus 7,53
persen. Hal ini disebabkan oleh gejolak ekonomi,
politik dan keamanan yang tidak mendukung yang
terjadi dalam kurun waktu 15 tahun tersebut. Dimana
banyak perusahaan terutama yang bergerak dibidang
pariwisata gulung tikar. Oleh karena jumlah wisataan
yang datang untuk berkunjung ke hotel relatif kecil,
yang menyebabkan pendapatan lebih kecil dibaningkan
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
operasional perusahaan sehingga perusahaan harus
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).